Fujiko F. Fujio Museum

Selama perjalanan menuju Tokyo, bus selalu berhenti ditempat pemberhentian sekitar 2,5 jam perjalanan. Mungkin ada sekitar 4 kali berhenti sebelum sampai di Tokyo. Saat pemberhentian ke 4, aku dan Devi memilih untuk turun untuk ke toilet. Ketika kami mengajak Nelly dan Kelly untuk ke toilet, mereka tidak mau dan tetap memilih tidur. Walaupun berada ditempat pemberhentian, toiletnya seperti yang ada di mall, takjub banget deh ama Jepang. Aku merengangkan tubuh dan menghirup udara pagi yang segar sebelum masuk kembali kedalam bus. Jika kalian naik bus, ingatlah bahwa bus akan menunggu hanya 15 menit, jika tidak kembali, kalian mungkin akan ditinggal. Kenapa aku bilang mungkin karena aku belum melihatnya. Tapi mengetahui Jepang yang selalu tepat waktu, kurasa kemungkinan itu ada. Sekitar jam 8 kurang 20 menit, kami ber 4 tiba di Tokyo dan kembali harus menyeret koper menuju apartemen temanku yang tinggal di Jepang. Teman SMA-ku ketika kami sekolah di Padang, namun kami tidak 1 sekolah dan 1 angkatan. Namanya Dewi, dia adalah teman baik dari tetangga kost-ku dulu, walaupun umur kami sama namun ia 1 angkatan diatasku. Dewi sudah di Jepang sejak masa kuliah hingga bekerja bahkan memiliki kekasih orang Jepang. Mudah-mudahan langgeng sampai pernikahan, amin.

Apartemen yang kami sewa baru bisa masuk setelah jam 3 siang sehingga aku bertanya pada Dewi sebelumnya apakah boleh menumpang koper kami sekalian mengambil tiket Museum Doraemon. Dewi menolong kami membelikan tiket museum doraemon seharga 1,000 per orang. Oh ia, bicara tentang foto diatas, itu ada foto dimana Nelly dan Devi sedang makan malam bento menunggu bus. Setiap orang lewat, mereka selalu dilihat, aku yang merasa malu perlahan mulai menjauh namun tetap memperhatikan mereka sedangkan Kelly masuk kedalam supermarket yang berada dikanan. Salut banget neh ama mereka berdua, tetap makan dengan tenang walaupun orang melihat, hahaha.

Janjiku sama Dewi adalah jam 8 pagi dan sekarang baru jam 7.30 pagi sehingga kami masih punya waktu untuk mencari jalan menuju apartemennya. Menuju stasiun dekat apartemen Dewi sebenarnya gampang, yang susahnya itu harus angkat koper berat menaiki 2 set tangga. Aku masih ingat rasanya tanganku seperti mau copot saja. Menunggu Dewi didepan pintu exit, dimana hari sedang hujan dan hawa dingin mulai datang. Sekitar 10 menit kemudian, Dewi datang dengan menggunakan payung. Jujur, terakhir bertemu dengan Dewi mungkin tahun 2007 sekitar 9 tahun yang lalu. Dewi melanjutkan kuliahnya di Jepang sedangkan aku di Jakarta. Dulu cara berpakaian Dewi ini tomboi loh tapi sekarang sudah jadi cantik banget mungkin pengaruh jatuh cinta, *alah lebay banget*. Dengan menyeret koper menuju apartemen Dewi dimasa hujan gerimis, akhirnya kami tiba dalam waktu 8 menit di apartemennya. Saat masuk kedalam apartemen, wah apartemennya serba putih dan bersih banget. Menurutku kalau hanya untuk 1 orang, apartemen ini cukup namun untuk 2 orang, apartemen ini kekecilan. Dewi mengatakan bahwa apartemen ini 1 bulan harga 9 juta. Omg, mahal banget yang hidup di Jepang. 

Mengingat bahwa Dewi harus pergi kerja jam 9 pagi dan jika telat akan dipotong gaji, kami  ber 4 cepat-cepat menggosok gigi, berganti pakaian dan berdandan. Tidak ada waktu untuk bersantai-santai. Aku sempat bercanda jika telat, kita patungan bayar potongan gaji Dewi karena biasa Kelly memang punya kebiasaan lama, hahaha. Sekitar 25 menit sebelum jam 9 pagi, kami keluar dari apartemen Dewi dan berpisah dengannya didepan Family Mart. Selesai sarapan yang terlambat di Family Mart, aku dan 3 temanku berkeliling di Shinjuku sebentar sebelum kami menuju daerah Kawasaki, tempat dimana museum doraemon berada. Sambil menunggu bus dekat stasiun Noborito, kami berfoto ria dengan tanaman bunga hingga tak sadar, Devi punya sarung tangan jatuh sebelah. Namun jangan gusar, ada pos disamping tanaman itu sehingga kami bertanya padanya disana setelah kami kembali dari museum doraemon. Tarif bus 210 Yen per orang sehingga 420 PP dari museum doraemon ini. Didalam museum doraemon ini juga terdapat toko khusus barang-barang yang diciptakan oleh Fujiko F. Fujio. 

Bento ini paling enak loh
Selesai Nelly dan Kelly belanja di toko museum doraemon, kami kembali ke stasiun Noborito untuk mendapatkan sarung tangan Devi kembali dengan menunjukkan pasport maka sarung tangan akan kembali. Lalu kami menemukan sebuah restoran ramen untuk makan siang yang tertunda hingga sore  hari.
Selesai makan, waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Kami harus kembali mengambil koper di apartemen Dewi sebelum mencari apartemen yang kami sewa didaerah Shinjuku. Mengulang hal tadi pagi, kami membawa turun koper menggunakan tangga namun kali ini bukan 2 set tangga tapi 4 set tangga karena harus pindah ke platform seberang menuju Shinjuku. Namun penderitaan menyeret koper belum berakhir disitu. Sampai di Shinjuku, kami mulai menyeret koper kembali. Untuk diketahui, Shinjuku merupakan stasiun kereta terbesar di Jepang sehingga gedungnya sangat panjang dan besar. Tersesat beberapa kali hingga membuat kaki lecet, akhirnya kami menemukannya. Dari stasiun Shinjuku, kami harus menyebrang lalu berjalan diantara gedung tinggi kemudian belok ke kanan didepan Krispy Kreme. Turun menggunakan eskalator sebanyak 3x lalu terus dan belok kanan. Menyebrang dan menemukan seven eleven disebelah kanan lalu lurus saja dan akan bertemu dengan pintu masuk ke gedung apartemen. Selain harga sewanya yang mahal, apartemen ini lumayan jauh jika dari stasiun. Masalahnya, gedung kiri dan kanan yang tinggi membuat angin kencang saat kami berjalan diantaranya. 

Sebelumnya, pemilik apartemen ini sudah mengatakan tentang nomor gembok yang berisi kunci kamar namun tidak terbuka. Kami ber 4 bergantian mencoba. Kami tidak memiliki wi-fi karena bergantung pada wi-fi gratis dari pemilik apartemen yang meminjamkannya. Nelly mulai tak sabar karena sudah merasa lelah berkali lipat, ia mencoba mencari wi-fi diruang bawah. Aku yang masih penasaran, terus mencoba memasukkan 4 angka. Angka terakhir, aku mencoba menggantinya dan oh la la, berhasil. Gembok terbuka dan kunci langsung keluar. Nelly yang baru saja kembali melihat pintu apartemen yang sudah terbuka langsung tersenyum dan masuk kedalam untuk istirahat. Jujur, untuk mandi saja butuh tenaga ekstra untuk memaksanya. Jasmani dan rohani kami penuh dengan rasa lelah. Apalagi bahuku yang serasa membawa barang berat hingga untuk beberapa hari kedepan aku tidak bisa menyandang ransel karena sakit bahu yang mendera. Berikut penampakan apartemen kami yang berantakan.


アりがとう ございます

Share:

0 komentar