Shibuya
Tidak seperti biasanya, hari ini kami memutuskan untuk keluar dari apartemen lebih siang. Ada sebuah urusan yang harus dilakukan oleh Nelly dan Devi sehingga aku dan Kelly memilih untuk berleha-leha lalu belanja didaerah Shinjuku hingga sore. Mengingat modem wi-fi dibawa oleh Nelly dan Devi, aku dan Kelly memutuskan untuk brunch di Starbucks karena disana ada wi-fi gratis, hohoho. Aku sempat video call dengan beberapa temanku sambil menikmati red velvet cake dan green tea frappuccino-ku. Sedangkan Kelly juga melakukan hal yang sama untuk menghilangkan rasa bosan. Setelah hampir 2 jam di Starbucks, aku dan Kelly segera pergi ke pusat perbelanjaan yang berada tak jauh dari Starbucks. Kami menuju ke Uniqlo yang berada dilantai 17, aku membeli pakaian untuk 2 keponakan-ku secara mama-nya bilang kalau baju dari Uniqlo itu bahannya bagus jadi setiap aku pergi kalau ada Uniqlo, pasti aku membelikan beberapa baju untuk 2 keponakanku. Bukan maksud untuk promosi yah tapi memang kenyataannya begitu.
Ketika aku melirik jam tangan, aku tak sadar ternyata sudah jam 4 sore. Aku segera mengajak Kelly kembali ke Starbucks untuk mendapatkan wi-fi, siapa tau Nelly mengirimkan pesan untuk kami. Ternyata tebakan-ku benar, Nelly mengirimkan pesan setengah jam yang lalu. Aku dan Kelly segera berjalan cepat menuju apartemen untuk meletakkan barang, setelah itu baru pergi ke Shibuya. Aku dan Kelly akan bertemu mereka didepan pintu keluar patung Hachiko. Aku dan Kelly sempat salah kereta, seharusnya kami naik JR tapi malah pergi ke stasiun biasa. Sampai di Shibuya, aku dan Kelly kembali bingung, papan informasi untuk keluar ke Hachiko tidak ada sehingga kami bertanya pada salah satu pasangan Jepang dan mereka membantu kami menunjukkan jalan. Pria-nya bisa bahasa Inggris walau sedikit tapi benar-benar membantu. ドうも ありがとう ございます. Sampai di pintu keluarpun, aku belum bisa menghubungi Nelly, sama sekali tidak ada jaringan wi-fi sehingga aku dan Kelly memilih untuk mengantri foto di patung Hachiko. Kelly mengantri, aku pergi berkeliling mencari Nelly dan Devi. Akhirnya aku menemukan mereka yang langsung mengomel padaku. Mereka mengatakan sudah menunggu lama didekat patung itu hingga membeku namun kami tidak muncul. Yah aku cuma menjawab, jangan salahkan kami karena tidak ada wi-fi, hahaha.
Nelly dan Devi yang sudah menunggu hingga 1 jam, membuat mereka banyak berfoto sambil menunggu aku dan Kelly datang. Selesai berfoto dengan patung Hachiko, Nelly mengajak kami pergi ke Daiso untuk membeli oleh-oleh. Rata-rata harga 100 Yen jadi bisa beli banyak tapi dilihat 100 Yen juga mahal. Kelly saja bisa belanja hampir 15,000 yen alias 1,800,000 rupiah. Mau dikasi siapa nanti dipikirkan yang penting ambil banyak dulu jadi nanti bisa dibagi. Kurasa selama di Jepang, Kelly paling banyak keluar uang karena ia membeli sekitar 5 botol sake,whisky,wine,dll. Koper Kelly juga yang paling berat dan Nelly yang paling ringan karena ia yang paling berhemat diantara kami. Selesai belanja di Daiso, matahari sudah tenggelam dan sudah jam 7 malam. Tak puas, kami kembali belanja di H&M lalu ke Uniqlo lagi. Aku kembali membeli beberapa baju untuk keluargaku sedangkan Kelly dan Devi mulai belanja banyak hingga 13,000 yen, hahahaha. Dimana Nelly? Ia memilih untuk tidak masuk dan duduk disamping pintu masuk Uniqlo dekat lift. Selesai belanja, aku bergabung bersama Nelly menunggu Kelly dan Devi belanja. Saat itu, drama Descendants of The Sun lagi hot banget. Sehingga kami menonton drama itu hingga Kelly dan Devi tiba. Namun Kelly kembali masuk untuk meminta pembayaran bebas pajak karena sudah belanja diatas 10,000 yen. Kembali aku dan Nelly melanjutkan menonton drama kami hingga Kelly dan Devi kembali keluar.
Sekitar jam 9.30 malam, Kelly dan Devi keluar setelah berhasil mendapatkan pembayaran tanpa pajak. Lumayan bisa berhemat hingga 3,000 an yen. Karena lapar dan belum makan malam, kami memutuskan untuk makan sebelum kembali ke apartemen. Melihat ada Yoshinaya, kami ber 4 masuk ke kedai tersebut. Berbeda dengan di Jakarta, Yoshinaya berada didalam mall namun ini berada di bangunan toko dekat jalan besar. Tempatnya pun berbeda, ini seperti tempat makan cepat saji. Pesan, makanan datang, makan, bayar lalu pergi. Mereka memiliki meja yang mengelilingi si penjual dan tempat ini lumayan ramai dimalam hari. Aku yang siap makan juga segera berdiri agar orang yang menunggu bisa duduk. Dan hanya Nelly yang memiliki fotonya, hahaha.
Memasuki hari kelima di Jepang, kakiku sudah mulai sakit dan luka sehingga saat kembali ke apartemen, aku membuka sepatu dan kaos kaki lalu berjalan kaki ayam hingga sampai di apartemen. Sumpah, udah ga kuat lagi menahan rasa sakitnya. Ah pengen banget rasanya refleksi. Sekitar jam 12.30 pagi, Nelly mengajak aku dan Kelly untuk makan mie instan di seven eleven sedangkan Devi memilih untuk tidur karena sudah mengantuk. Aku dan Nelly pergi membeli ke bawah lalu memilih mie instant yang menurut kami enak karena banyak sekali macamnya. Itu adalah dosa terbesarku selama di Jepang, aku tidur setelah makan mie instan. Lemak semakin terkumpul dan aku tidak bisa tidur hingga jam 4 pagi, lol banget. ごめん なさい
0 komentar