We're Brave!
Selama di Korea Selatan, peristiwa ini yang paling aku dan temanku ingat. Sampai sekarang kalau berbicara tentang peristiwa itu, kami pasti bilang, kok bisa yah kita berani gitu di negeri orang? Aku benar - benar mengalami hal ini, daebak! Kembali ke cerita kemarin yang sempat terputus. Aku dan temanku masih di gunung Sorak hingga sore menjelang. Aku dan temanku mengantri untuk naik ke bus menuju terminal bus sekitar jam 6 sore. Aku dan temanku memiliki ketertarikan yang berbeda akan Korea Selatan. Temanku menyukai tempat alam-alam seperti gunung Sorak ini sedangkan aku menyukai hal-hal kolosal seperti bangunan kerajaan dan suasananya. Karena itu, kami lumayan lama di gunung Sorak, temanku sibuk foto sana sini sedangkan aku menikmati alam sambil makan kimbap, hohoho.
Sesampainya di terminal bus, aku dan temanku pergi untuk makan malam lalu kembali ke terminal bus sekitar jam 07.30 malam. Aku duduk sambil mengcharger ponselku menggunakan power bank dan melihat kearah penjual tiket. Setiap ada orang yang membeli tiket, aku langsung mengatakan pada temanku, eh mereka dapat tiket loh dan langsung berangkat. Kok kita dapat tiket malam banget seh? Temanku hanya mengatakan, mungkin mereka bukan ke Seoul jadinya bisa dapat cepat. Namun tebakanku benar, orang yang kulihat baru membeli tiket naik ke bus menuju Seoul jam 08.00 malam. Dan temanku yang melihat hal itu mencoba untuk bertanya kembali pada penjual tiket yang ternyata sudah bukan orang yang tadi pagi. Aku hanya memperhatikan temanku berbicara dengan penjual tiket dari tempat duduk (karena tempat duduknya sudah penuh, jadi aku menjaga sekalian tempat duduk temanku). Temanku kembali sambil membawa dua tiket yang berbeda dengan jam 08.45 malam, itu bus setelah jam 08.00 malam tadi. Aku dan temanku langsung kesal banget sama penjual tiket tadi pagi. Kalau tau bakal kek gini, mending tadi langsung minta tuker tiket. Ya sudahlah, apa yang mau dikata, nasi sudah jadi bubur.
Dan kami kembali berdiskusi, apakah kita akan tidur diterminal bus Seoul atau langsung naik kereta karena masih ada waktu 15 menit lagi. Temanku mengatakan, mending kita mengejar kereta dan tidur di guesthouse. Tapi firasat-ku kurang enak saat mendengarnya karena uang won milikku sekarang hanya ada 2,000 won. Habis untuk naik bus dan makan malam tadi. 45 menit menunggu itu benar - benar melelahkan, sampai aku melihat bus untuk kami datang. Aku dan temanku segera beranjak menuju bus sambil bicara, seharusnya kita menginap di Sokcho hari ini dan besok bisa bermain di pantai sebelum kembali ke Seoul. Pembicaraan itu segera terhenti ketika kami duduk didalam bus dan tertidur, alias tepar. Aku terbangun sekitar jam 11.30 malam dan melihat kaca jendela sudah berembun. Aku mengucek mataku dan menghilangkan embun tersebut dengan tangan namun embun tersebut berasal dari luar jendela. 5 menit kemudian lampu dibus sudah mulai dihidupkan yang menandakan bus akan tiba di terminal Seoul sebentar lagi. Setelah bus berhenti di terminal pada jam 11.40, aku dan temanku segera berlari menuju stasiun kereta. Ternyata, bukan aku saja yang berlari tapi ada beberapa orang yang ada didalam bus yang sama denganku tadi. Untuk sampai ke stasiun kereta dari terminal bus membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Namun sekarang aku harus berlari dan sampai di depan pintu menuju kereta hanya dalam 5 menit. Kereta tersebut datang 3 menit kemudian.
Didalam kereta, firasatku makin tidak enak. Pemberhentian kami seharusnya masih ada sekitar 9 lagi tapi saat aku mengecek jadwal kereta hari ini hanya sampai jam 12.05 pagi sedangkan sekarang sudah jam 11.45 malam. Aku frustasi selama didalam kereta hingga akhirnya kereta berhenti di stasiun antah berantah a.k.a kami tidak pernah tau nama stasiun itu berada dimana. Petugas masuk kedalam kereta sambil mengatakan bahwa ini adalah stasiun terakhir untuk hari ini. Aku hanya bisa berkata dalam hati, oh my god, ini ada dimana? Aku dan temanku keluar dari stasiun dengan bingung. Aku berpikir, apakah tidak bisa numpang berteduh saja di dalam stasiun? Ternyata tidak bisa, stasiun ditutup menggunakan pintu jeruji. Diluar stasiun lumayan gelap dan sepi. Ketika ada seorang pria yang lewat, aku dan temanku bertanya jika dari sini ke Hongdae menggunakan taksi, kira-kira tarif taksinya berapa? Dan pria itu mengatakan sekitar 10,000 won jika dari sini. What? 10,000 won? Duit won milikku hanya ada 2,000. Setelah pria itu pergi, temanku mengeluarkan uang won-nya yang tinggal 2,500. Aku yang panik sedangkan temanku tampak tenang, kami memutuskan untuk menyebrang dan bertanya pada toko seveneleven yang buka 24 jam, apakah bisa menukarkan dollar ke won? Sayangnya, penjaga toko tersebut mengatakan tidak bisa.
Dalam keadaan bingung dan melihat sekitar yang sepi namun udara malam semakin dingin, aku melihat jam diponsel yang menunjukkan sudah jam 12.35 pagi. Aku menghela napasku mencoba untuk tenang lalu aku melihat kearah sebuah taksi. Aku mengatakan pada temanku, bagaimana jika kita naik taksi? Tapi tunjukan uang kita hanya ada 4,500 won dan terserahlah sampai mana, nanti kita turun. Benar-benar nekat saat itu saking tidak ada ide sama sekali. Saat temanku berbicara dengan supir taksi, ternyata ada seorang pria didalamnya. Pria tersebut langsung keluar dan mengatakan, 'You first', sambil tersenyum padaku. Aku langsung mengucapkan 'kamsahamnida' padanya, wah baik banget yang tuh orang. Padahal dia duluan yang sudah naik tapi malah memberikannya pada kami. Setelah berbicara dengan supir tersebut, temanku menyuruhku masuk kedalam taksi. Didalam taksi, temanku mengatakan bahwa supirnya ga ngerti bahasa Inggris jadinya yah udahlah, kalau tak cukup uangnya, kita dimarahin juga ga apa-apa, yang penting sampai. Aku hanya terkejut didalam taksi sambil melihat ke tarif awalnya saja sudah 3,000 won. Oh Tuhan, bagaimana ini? Aku dan temanku duduk dengan gelisah. Supir taksi itu mengajak kami berbicara dalam bahasa Korea, aku mengerti dan menjawab dalam bahasa Korea, sedikit-sedikit.
Saat argo-nya sudah melewati 4,500 won, temanku bertanya apakah aku masih ada uang won lagi didompet? Akhirnya aku dan temanku memeriksa dompet kami hingga receh-receh. Namun hanya terkumpul 5,600 won. Aku hanya memperhatikan argo yang terus berjalan sambil berkata dalam hati, mau bayar pakai apa neh? Dan untunglah Tuhan membantu kami disaat terakhir, aku melihat mesin untuk pembayaran menggunakan T-money. Aku bertanya pada temanku, berapa won yang ada didalam kartu T-money, dia mengatakan bahwa ia masih ada sekitar 5,000 won. Yah sudah, bayar pakai uang cash sebagian lalu sebagian menggunakan T-money saja. Akhirnya kami bisa duduk dengan tenang namun saat melihat keluar jendela, hujan mulai turun. Ah, hari ini banyak banget yah cobaannya. Tapi aku tetap bersemangat saat taksi mulai menepikan mobilnya dekat exit 9, Hongik Univ. stasiun. Sambil tersenyum, aku berusaha mengatakan pada supir tersebut bahwa kami akan membayar dengan cara terpisah. Pertama, aku memberikan uang cash padanya lalu temanku menyerahkan kartu T-money pada supir tersebut.
Sambil menggunakan T-money untuk membayar, supir tersebut mengomel dalam bahasa Korea yang masalahnya aku tau apa yang dikatakan oleh supir tersebut. Aduh gila, tertohok banget waktu dengernya. Supir itu mengatakan, 'kalau tidak ada uang kenapa malah naik taksi? Bikin susah saja'. Aku hanya bisa mengucapkan, 'cheosonghamnida gisanim' sebanyak dua kali. Namun saat kami sudah selesai membayar dan akan pergi, supir itu malah bertanya, apakah kami punya uang? Aku langsung menganggukkan kepala sambil berkata, 'gwenchanayo, kamsahamnida'. Mendengar itu, supir taksi itu menganggukkan kepalanya dan segera meninggalkan kami. Aku dan temanku segera berjalan cepat menuju guesthouse yang lumayan jauh dari exit 9. Hujan mulai bertambah deras, dari berjalan cepat, akhirnya kami berlari hingga sampai di guesthouse. Walaupun baju basah, aku dan temanku mendapatkan sebuah pengalaman yang tak terlupakan dinegeri orang. Kami sampai di guesthouse sekitar jam 01.15 pagi. Aku memutuskan untuk mandi karena kehujanan. Untungnya guesthouse memiliki air panas sehingga aku tidak kedinginan. Setelah siap mandi, temanku mengatakan bahwa uang won dan T-money sudah tidak ada isi. Temanku berinisiatif untuk meminjam sebentar uang deposit kami di guesthouse besok pagi, untuk modal pergi ke Myeongdong untuk tukar dollar ke won. Hari ini benar-benar lelah jasmani dan batin, berharap kejadian ini tidak akan terjadi lagi dihari kedepan.
Dalam keadaan bingung dan melihat sekitar yang sepi namun udara malam semakin dingin, aku melihat jam diponsel yang menunjukkan sudah jam 12.35 pagi. Aku menghela napasku mencoba untuk tenang lalu aku melihat kearah sebuah taksi. Aku mengatakan pada temanku, bagaimana jika kita naik taksi? Tapi tunjukan uang kita hanya ada 4,500 won dan terserahlah sampai mana, nanti kita turun. Benar-benar nekat saat itu saking tidak ada ide sama sekali. Saat temanku berbicara dengan supir taksi, ternyata ada seorang pria didalamnya. Pria tersebut langsung keluar dan mengatakan, 'You first', sambil tersenyum padaku. Aku langsung mengucapkan 'kamsahamnida' padanya, wah baik banget yang tuh orang. Padahal dia duluan yang sudah naik tapi malah memberikannya pada kami. Setelah berbicara dengan supir tersebut, temanku menyuruhku masuk kedalam taksi. Didalam taksi, temanku mengatakan bahwa supirnya ga ngerti bahasa Inggris jadinya yah udahlah, kalau tak cukup uangnya, kita dimarahin juga ga apa-apa, yang penting sampai. Aku hanya terkejut didalam taksi sambil melihat ke tarif awalnya saja sudah 3,000 won. Oh Tuhan, bagaimana ini? Aku dan temanku duduk dengan gelisah. Supir taksi itu mengajak kami berbicara dalam bahasa Korea, aku mengerti dan menjawab dalam bahasa Korea, sedikit-sedikit.
Saat argo-nya sudah melewati 4,500 won, temanku bertanya apakah aku masih ada uang won lagi didompet? Akhirnya aku dan temanku memeriksa dompet kami hingga receh-receh. Namun hanya terkumpul 5,600 won. Aku hanya memperhatikan argo yang terus berjalan sambil berkata dalam hati, mau bayar pakai apa neh? Dan untunglah Tuhan membantu kami disaat terakhir, aku melihat mesin untuk pembayaran menggunakan T-money. Aku bertanya pada temanku, berapa won yang ada didalam kartu T-money, dia mengatakan bahwa ia masih ada sekitar 5,000 won. Yah sudah, bayar pakai uang cash sebagian lalu sebagian menggunakan T-money saja. Akhirnya kami bisa duduk dengan tenang namun saat melihat keluar jendela, hujan mulai turun. Ah, hari ini banyak banget yah cobaannya. Tapi aku tetap bersemangat saat taksi mulai menepikan mobilnya dekat exit 9, Hongik Univ. stasiun. Sambil tersenyum, aku berusaha mengatakan pada supir tersebut bahwa kami akan membayar dengan cara terpisah. Pertama, aku memberikan uang cash padanya lalu temanku menyerahkan kartu T-money pada supir tersebut.
Sambil menggunakan T-money untuk membayar, supir tersebut mengomel dalam bahasa Korea yang masalahnya aku tau apa yang dikatakan oleh supir tersebut. Aduh gila, tertohok banget waktu dengernya. Supir itu mengatakan, 'kalau tidak ada uang kenapa malah naik taksi? Bikin susah saja'. Aku hanya bisa mengucapkan, 'cheosonghamnida gisanim' sebanyak dua kali. Namun saat kami sudah selesai membayar dan akan pergi, supir itu malah bertanya, apakah kami punya uang? Aku langsung menganggukkan kepala sambil berkata, 'gwenchanayo, kamsahamnida'. Mendengar itu, supir taksi itu menganggukkan kepalanya dan segera meninggalkan kami. Aku dan temanku segera berjalan cepat menuju guesthouse yang lumayan jauh dari exit 9. Hujan mulai bertambah deras, dari berjalan cepat, akhirnya kami berlari hingga sampai di guesthouse. Walaupun baju basah, aku dan temanku mendapatkan sebuah pengalaman yang tak terlupakan dinegeri orang. Kami sampai di guesthouse sekitar jam 01.15 pagi. Aku memutuskan untuk mandi karena kehujanan. Untungnya guesthouse memiliki air panas sehingga aku tidak kedinginan. Setelah siap mandi, temanku mengatakan bahwa uang won dan T-money sudah tidak ada isi. Temanku berinisiatif untuk meminjam sebentar uang deposit kami di guesthouse besok pagi, untuk modal pergi ke Myeongdong untuk tukar dollar ke won. Hari ini benar-benar lelah jasmani dan batin, berharap kejadian ini tidak akan terjadi lagi dihari kedepan.
0 komentar