Myeongdong to Namsan Tower back to Hongdae

Cuaca yang mulai dingin dari sebelumnya membuatku tak tahan hanya dengan menggunakan jaket tipis, setelah selesai menukar uang di money changer, mengikuti jejak temanku, aku juga membeli jaket tapi akhirnya menyesal karena aku hanya terpesona dengan modelnya namun setelah dipakai, jaketnya juga tidak terlalu tebal. Walaupun made in Korea dengan harga 80,000 won setara 1,040,000 rupiah (kurs: 1 Won - 13 Rupiah), itu benar-benar ga worth it (nangis dipojokan). Aku selalu seperti itu, tanpa menghitung terlebih dahulu, aku langsung beli dan tak peduli harganya tapi yah sudahlah, yang terjadi tidak dapat diulang lagi. Dihari itu juga, aku banyak belanja kosmetik di Etude House yang super duper murah. Aku sampe borong masker 20 buah seharga 10,000 won setara 130,000 rupiah, kalau di Jakarta mungkin lumayan mahal karena kena bea cukai dan masuk mall. Selain Etude House juga banyak yang lain namun aku hanya lihat-lihat saja, masih sakit hati sudah habisin 100,000 won dihari pertama, hahaha.
Selfie at Myeongdong
Cece D yang super style Korean Look (Wear blue hat)
Introduce my friend, Nelly
Cece D mengatakan bahwa Myeongdong dan Namdaemun bersebelahan, bisa ditempuh dengan jalan kaki karena dekat. Dengan bantuan cece D, aku mulai menghapal jalan menuju Namdaemun dari Myeongdong dan ternyata memang sangat dekat, tak sampai lima belas menit sudah sampai. Berbeda dengan Myeongdong, Namdaemun seperti market di Seoul.

Street Snack
Di Namdaemun, cece D mengajak kami untuk berbelanja oleh-oleh, maksudnya supaya lain hari tidak perlu memikirkan untuk beli oleh-oleh lagi jadi sudah selesai. Ternyata cece D mengenalkan kami pada satu toko, sayangnya aku tidak foto tokonya. Pemilik toko tersebut bisa berbahasa Indonesia sedikit-sedikit, lumayan bisa tawar menawar sampe diskon banyak, hahaha. Nama tokonya mungkin Tangle karena tulisan itu yang tertulis dikantong belanjaanku. Aku juga mencoba street snack, sosis yang dimasak dimasukkan ke tepung terus digoreng atau dioven juga tidak tau, yang penting rasanya enak dan hangat. 

Sambil menghabiskan street snack, kami bertiga berjalan menuju halte bus. Jujur, hampir semua halte bus menggunakan tulisan hangul, berbeda dengan kereta yang juga memiliki tulisan bahasa Inggris. Aku dan temanku yang tidak mengerti hangul hanya mengikuti cece D yang akan menuju Namsan Hanok Village (rumah jaman kerajaan dulu). Karena selama di Seoul, aku tidak bisa membaca hangul, saat kembali ke Indonesia, aku mulai belajar hangul dan pembicaraannya lebih dalam lagi. Sesuai arahan cece D, kami berjalan menanjak menuju Namsan Hanok Village.
Jaket 80,000 Won ku...
Kalau diperhatikan, aku menggunakan sepatu hak tinggi yang bukan milikku tapi punya cece D. Aku dan cece D memiliki ukuran kaki yang sama. Karena dia merasa capek menggunakannya, dia meminta aku bertukaran dengannya sebentar. Aku menggunakan sepatu hak tinggi-nya dan cece D menggunakan sepatu kets milikku. Sampai sekarang, aku belum menemukan sepatu hak tinggi seperti itu, padahal pengen banget. Ya sudahlah, kembali ke Namsan Hanok Village. Setelah puas keliling-keliling dan hari sudah semakin menuju malam, cece D mengajak kami ke Namsan Tower dengan menggunakan bus khusus. Selama dibus, aku mulai mengistirahatkan kakiku. Perlahan, telapak kaki dan betis mulai sakit. Ketika kami bertiga keluar dari bus menuju Namsan Tower, angin kencang dan udara es mulai menyerang kembali. Karena Namsan Tower berada diatas puncak gunung, udara disini 10 kali lipat lebih dingin dari sebelumnya. Menuju Namsan Tower, kami masih harus jalan mendaki dengan udara ekstrim, menurutku. Seingatku, selama di Seoul, udara di Namsan Tower dan Everland yang paling dingin.
Nelly, Cece D, Me
Walaupun dingin, yang penting tetap eksis. Dengan pemandangan yang indah, Namsan Tower sangat worth it untuk pergi tapi kami tidak sampai naik keatas tower dan itu sangat disayangkan sampai sekarang. Selesai dari Namsan Tower, cece D mengajak kami untuk makan dikedai kaki lima seperti didrama-drama. Makanannya seperti odeng, toppoki, twigim, sondae, kimbap


Tak kenyang, akhirnya kami pergi untuk makan menu utama yaitu jjajangmyeon. Mie dengan saus berwarna hitam dan nasi dengan saus jjajangmyeon. Ketika aku dan temanku ingin makan ini lagi, kami berdua lupa dimana tempat itu berada. Masih misterius, hahaha.

Share:

2 komentar

  1. widih wa, mantap ni blog nya..
    berbakat sekali kau bikin alur cerita nya..

    BalasHapus