Weather Fool

Inside Subway Train Seoul
Tema kali ini benar-benar serasa ditipu. Jangan percaya dengan cuaca saat hanya melihatnya didalam kereta tapi rasakanlah saat keluar dari kereta. Masih dengan menyeret koper-koper yang sudah mulai terasa berat, kami keluar dari kereta di stasiun Hongik Univ. exit 2. Dan rasa dingin mulai datang menyerang ketika aku menghadap ke eskalator untuk naik dan keluar dari stasiun. Rasa dingin kembali menyerang ketika sampai di exit 2. Angin musim gugur yang agak kencang dan dingin seperti es langsung menerpa aku dan temanku. Tak perlu menunggu lama, kaki dan tanganku langsung mendingin seketika. Dengan menahan rasa dingin dan asap keluar dari mulut, kami saling menyalahkan satu sama lain sambil bercanda karena berpakaian seperti orang dimusim panas. Namun sepertinya Tuhan kembali mencobai aku dan temanku. Kami berdua tersesat dan tidak dapat menemukan Kimchi Guesthouse, tempat dimana akan kami tinggal 4 hari kedepan.

Candaan itu hilang seketika diganti dengan gigilan dan geretakan gigi. Matahari bersinar begitu cerah tapi cuacanya dingin seperti es. Akhirnya temanku berinisiatif untuk bertanya pada salah satu ahjussi yang sedang memarkirkan motor didepan tokonya. Ternyata ahjussi tersebut tidak mengerti bahasa Inggris namun saat kami tunjukkan kami akan kemana, ahjussi tersebut berusaha untuk membantu kami. Ah, dihari pertama di Seoul, sudah ada yang baik hati ingin membantu. Dengan menggunakan bahasa Korea Selatan, ahjussi tersebut menunjukkan jalan kemana harus kami pergi, Takut tersesat lagi, temanku meminta aku untuk menunggu didekat persimpangan jalan (daerahnya sudah seperti perumahan sehingga mobil dan motor jarang lewat), sedangkan temanku pergi untuk mencari alamat tersebut sesuai arahan ahjussi tadi. Sekitar sepuluh menit, aku menunggu temanku dalam kedinginan dan kesepian karena aku hanya memakai jaket tipis dengan cuaca peralihan seperti ini. Ketika temanku tiba dan mengatakan bahwa ia menemukan hostel tersebut, aku segera melangkah sambil kembali menyeret koper tersebut. 
Kimchi Guest House Hongdae
Hal yang pertama kulihat adalah, lingkungannya yang tenang dan bersih berarti bisa tidur sampai pulas. Aku dan temanku disambut dengan hangat oleh salah satu penanggung jawab hostel tersebut yang ternyata seorang pria bule (kalau tak salah ingat namanya Ben), tampaknya ia masih sangat muda, mungkin masih kuliah. Saat temanku bicara dengannya, aku terus memperhatikan bule itu, wah ganteng juga yah, hahaha. Ben mengatakan bahwa kami tidak boleh check in saat ini tapi koper boleh dititip diruang bagasi dan kami juga diperbolehkan untuk menumpang mandi dilantai tiga. Setelah selesai berpakaian dan berdandan, seorang kenalan aku dan temanku yang berasal dari kota yang sama dengan kami lalu sekarang tinggal di Seoul, datang untuk menemani kami dihari itu. Dengan rasa senang bercampur haru, kami bertiga memulai petualangan dihari itu. Ternyata jalan ke hostel ini bisa dua jalur, dari kanan bisa dan dari kiri bisa. Karena aku tadi belok kiri dan jauh ternyata belok kanan lebih dekat juga lebih banyak cafe. Aku mulai memperhatikan sekeliling, siapa tau butuh sesuatu dimalam hari jadi sudah tau tempat. Disekitar lingkungan hostel ada 2 mini market. Mini Stop dan Seven Eleven. 

Panggil saja kenalan kami itu sebagai cece D. Dia mengajak kami pertama kali menuju Ehwa University, bukan ke university-nya tapi ke daerah disekitar situ. Cece D mengajak kami untuk makan siang disebuah kedai kecil yang menjual nasi isi yang dibakar. Aku memilih yang isinya bulgogi. Walaupun murah dengan harga sekitar 3,000 won setara 39,000 rupiah (kurs: 1 Won - 13 Rupiah), tapi rasanya sangat enak. Aku dan temanku menyesal karena kami cuma kesana hanya sekali saja, tidak sempat untuk kembali lagi. Setelah kenyang, kami bertiga berjalan-jalan sebentar di daerah Ehwa University dan temanku membeli sebuah jaket disana, harganya lumayan mahal menurutku, sekitar 60,000 Won atau setara 780,000 rupiah. Setelah selesai membayar kami segera kembali masuk kedalam statiun menuju Myeongdong. Aku dan temanku sengaja membawa uang dollar Amerika dari Indonesia karena katanya lebih untung jika tukar di Seoul. Oleh karena itu kami ke Myeongdong untuk tukar duit Won. Untuk sekedar diketahui, Myeongdong adalah salah satu tempat favorite aku dan temanku. Selama di Seoul, kami selalu pergi ke Myeongdong dimalam hari. You know what? Myeongdong adalah surganya para wanita, hahahaha.


Share:

0 komentar