Finally Japan ^^

Menuju gedung utama bandara Kansai, Osaka, sama seperti di Seoul, aku dan 3 temanku naik ke kereta cepat. Sampai digedung utama, aku dan Nelly mengobrol tentang kertas yang biasa diberikan oleh pramugari untuk diisi saat dipesawat. Kertas yang harus diisi ketika masuk ke negara lain tapi aku dan Nelly tidak mendapatkannya. Kelly mendapatkan kertas tersebut tapi ia tidak mengisinya karena bingung. Melihat orang-orang mulai mengantri didekat imigrasi, aku dan 3 temanku berjalan cepat lalu mengambil kertas tersebut untuk diisi. Lucunya seorang wanita paruh baya membawa alat halo2 menggunakan bahasa Jepang, memintaku untuk mengisinya. Aku bingung karena tidak mengerti bahasa Jepang, jadinya ia mengisyaratkan seolah sedang menulis. Ah, aku dan 3 temanku langsung sibuk mengisi kertas tersebut. Nelly sampai membuka seluruh isi datanya, seperti pasport, alamat apartemen didalam ponsel, kertas bookingan. Setelah selesai mengisi dalam rusuh, aku dan 3 temanku segera mengantri imigrasi lalu pergi menuju pengambilan bagasi.

Aku tidak tau, apakah kami yang terlambat? Atau orang Jepang memang cepat? Ketika aku sampai ditempat pengambilan bagasi, ada 3 orang staff bandara yang menunggui koper kami. Disana terdapat 5 koper yang berarti tinggal kami ber 4 dan 1 orang lagi yang belum mengambil koper. Wah, aku merasa takjub, bagaimana ini bisa terjadi? Kapan mereka mengambil kopernya? Bukankah tadi sama-sama mengantri diimigrasi? Seperti di Seoul, aku dan Nelly memindahkan isi tas tangan kedalam koper. Begitu juga dengan Kelly dan Devi, mereka melakukan hal yang sama. Kemudian kami ber4 langsung menggunakan jaket tebal. Staff dibandara hanya memperhatikan kami yang sedang membongkar koper. Hahahaha, bodo amat dah! Keluar melalui pintu kedatangan, aku dan 3 temanku bingung harus kemana. Melihat kekanan, panjang sekali antrian untuk tempat informasi, akhirnya kami memilih untuk naik keatas lalu aku dan Nelly pergi mengantri ditempat informasi sedangkan Kelly dan Devi menunggu diatas. 

Mendapatkan informasi tentang kereta, aku dan Nelly segera naik keatas lalu keluar dari gedung bandara untuk membeli tiket kereta dimesin. Wah, walaupun matahari bersinar terang tapi dinginnya sudah seperti es. Masih penyesuaian seh, tapi beneran anginnya kencang. Kelly dan Devi mulai menggigil dan mengatakan ini benar-benar dingin. Aku dan Nelly hanya tertawa saja karena mengingat ini pertama kali mereka pergi ke negara 4 musim. Aku memperhatikan banyaknya tulisan Jepang yang membuatku bingung, bagaimana caranya membeli tiket? Ah, beruntung ada orang asing yang bertanya pada salah satu petugas yang bisa berbahasa Inggris. Aku dan 3 temanku segera datang untuk bertanya pada petugas tersebut. Dialah yang membantu kami untuk membeli tiket menuju stasiun Bentencho, stasiun terdekat dengan apartemen kami selama di Osaka. Naik ke kereta, aku melihat orang-orang sibuk sendiri dan suasana sunyi senyap. Selama dikereta, aku dan 3 temanku paling ribut karena membicarakan banyak hal.

Whaa - Nelly - Devi - Kelly
Kelly yang narsis
Aku terus mendengar pengumuman nama stasiun dari pengeras suara dikereta karena mereka hanya menggunakan bahasa Jepang. Selama didalam kereta, aku melihat pemandangan diluar jendela. Anehnya, dijalanan, aku tidak melihat satupun orang yang berlalu lalang. Sepi, sunyi senyap, kosong melompong. Sampai sekarang, aku tidak tau kenapa bisa seperti itu. Namun hampir diseluruh Jepang memang memiliki suasana seperti itu dilingkungan tempat tinggal. Hampir 1 jam-an, aku dan 3 temanku sampai di Bentencho stasiun. Aku segera cek berapa derajat saat ini karena dingin banget. Path menunjukkan sekarang Osaka dingin hingga 4 derajat. Oh My God, baru pertama sampai langsung dapat yang paling dingin. Angin yang membawa udara es segera menghampiri kami setelah keluar dari stasiun dan mulai mencari dimana apartemen yang sudah Nelly booking melalui Airbnb. 

Ada dendam kali yah ama Nelly?
Sorry for tired face, kita semua udah kecapekan tapi masih tetap narsis, hahaha. Takut terbuang waktu, Nelly dan Kelly pergi mencari apartemen sedangkan aku dan Devi menunggu disamping jalan dalam dingin. Aku masih dapat melihat Nelly dan Kelly sedang bertanya jalan pada seorang pria yang ternyata tau apartemen tersebut. Berjalan dan berjalan, akhirnya kami menemukan apartemen tersebut dan langsung masuk kedalam untuk menghangatkan badan. Dengan menaiki lift, aku dan 3 temanku sampai diapartemen kami selama di Osaka. Welcome to our place in Osaka.

Walaupun apartemen ini kecil tapi menurutku paling oke selama di Jepang. Toilet+bidet dan kamar mandinya terpisah namun berhadapan, juga memiliki pintu masing-masing. Ada mesin cuci, tempat jemur, tempat cuci piring, kompor, payung, tempat masak air elektrik, dll. Aku rekomendasiin tempat ini deh pokoknya, apalagi suasananya tenang banget. Rencana ingin mencharger ponsel karena kehabisan batrai, aku harus kecewa karena colokannya sangat berbeda dengan Indonesia.

Terpaksa, aku mencharger ponsel menggunakan powerbank. Untungnya, powerbank-ku masih penuh. Namun ada 1 colokan untuk mengisi batrai portable wi-fi, kami harus bergantian mencoloknya. Selesai bersih-bersih dan berdandan, aku dan 3 temanku memutuskan untuk pergi mencari makan didaerah Shinsaibasi.

Puas jalan-jalan, aku dan 3 temanku mulai mencari makan. Kali ini kami harus makan ramen sehingga mencari tempat yang kebanyakan sudah mulai tutup. Karena sudah jam 9 malam. Sebelum  ketemu ramen, Kelly membeli takoyaki dikedai kecil. Takoyaki tersebut benar-benar enak. Wah rasanya, baru pertama kali saja makan takoyaki. 

Sambil makan takoyaki, kami ber4 mencari tempat penjual ramen. Setelah bertanya, akhirnya kami menemukannya. Karena baru sampai, kami tidak menyadari harga semangkok ramen tersebut 1,250 yen a.k.a 150,000 rupiah. Itupun tak habis karena sudah enek, apalagi Devi sudah mengatakan ia ingin muntah. Sepertinya ramen broth ini ga cocok dilidah kami. Ramenku tidak memiliki biji hitam dikuahnya yang awalnya enak, lama kelamaan jadi enek apalgi ditambah telur setengah matang.

Keluar dari situ, kami hanya tertawa karena makan tanpa melihat harga. Itu makanan terakhir kami yang harganya diatas 1,000 yen. Setelah hari itu, kami ber4 mulai pelit dengan harga makanan, hahaha. Ah, hari pertama yang melelahkan. Saatnya untuk pulang dan beristirahat diapartemen.

Share:

0 komentar